Kamis, 16 Februari 2012

Katanya Sayang, Kok Memukul?

Seorang ibu berusaha melerai perseturuan antara anak-anaknya.
Mas … katanya sayang Ade! : Kenapa Ade dipukul ?
Ade nakal! Rebut mainan aku … Nyubit aku juga!
Mas pelit! Gak mau pinjamin aku mobil-mobilnya …. hu … hu … hu …
Peristiwa ini sering terjadi di dalam keluarga kita bukan ? Ketika seorang anak marah, ada kecenderungan untuk memukul atau menyakiti orang lain. Emosi ini tentu perlu dikelola dengan baik. Marah boleh … namun memiliki cara marah yang benar juga sangat penting loh! Siapa yang harus menjadi teladan ? So pasti! Orangtua harus menjadi guru pertama dan utama untuk anak-anaknya.
Bagaimana kalau orangtua justru belum mampu mengelola marahnya dengan benar ? Hiiiksss … sedih ya ? Kadang kita malah marah tak beraturan, berlebihan, bahkan semena-mena justru kepada anak kita sendiri. Ayo … ngaku he3 …
Kembali ke peristiwa di atas, bila diamati lebih mendalam dan dengan pikrian serta perasaan yang jernih, sesungguhnya itu adalah bentuk dari rasa cemburu. Kok cemburu ? Ya … rasa cemburu muncul karena ada rasa persaingan antara Mas dan Ade. Cobalah beberapa cara berikut agar anak-anak mampu memiliki sikap yang lebih manis untuk menjalin ikatan persaudaran satu sama lain :
1. Ciptakan waktu untuk berduaan : pilih waktu untuk masing-masing anak. Lakukanlah kegiatan berdua yang menyenangkan. Bisa membaca buku cerita, bersepeda keliling komplek, atau sekedar menemani makan siang.
2. Jangan terlalu memandang berat perselisihan anak. He3 … mengapa ? Coba perhatikan baik-baik, selepas mereka berselisih, beberapa saat kemudian mereka sudah akur lagi! Kompak dan tertawa gembira bersama-sama. Mereka sebenarnya sedang belajar untuk bertanggungjawab atas perilaku mereka sendiri dan menemukan cara penyelesaikan konflik yang unik dan asyik menurut cara mereka.
3. Jadilah juri yang adil. Sekiranya kita harus ikut terlibat, jadilah penengah dan juru damai yang tidak memihak. Lebih baik menyampaikan nilai-nilai positif seperti bersaudara saling sayang, memukul dan mencubit itu menyakiti loh … atau bermain bersama yuk! (lalu beri contoh bermain bersama dengan saling bertukar meluncurkan mobil-mobilan).
4. Ajak anak mengungkapkan kemarahannya. Katakan apa yang membuatnya marah dan hargai perasaannya. Namun ajarkan bahwa ungkapan kemarahan tidak identik dengan boleh menyakiti orang lain seperti berkata kasar dan memukul / mencubit orang lain). Berikan contoh seperti ini : Aku marah karena dia merebut mainanku, atau aku marah karena tak dipinjami mainan. Sehingga kita tahu akar permasalahannya dan marah kepada tindakakannya, bukan kepada orangnya.
5. Berikan contoh arti pentingnya saling memaafkan. Yuk kita saling memaafkan! Maafkan aku yah … tadi memukul. Aku juga tadi merebut mainan, maafin yah … Saling berjabat tangan atau berpelukan akan meredakan amarah.
Senangnya bila suasana di rumah tenang dan damai juga penuh dengan aura kebersamaan dan persahabatan di antara anak-anak kita. Nah … sekali lagi orangtualah guru pertama dan utama untuk memberikan teladan kepada anak-anaknya. Jadi … kita bersama belajar mengelola marah dengan baik yuk!

Sumber : Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar